Perikanan UNTAG Cirebon: My Turning Point, My Game Changer
Perikanan UNTAG Cirebon: My Turning Point, My Game Changer
Perawakan dan garis wajahnya memang sedikit berbeda dari tampilan garis wajah melayu umumnya. Ya, alumni yang ini memang memiliki darah campuran sehingga memudahkan kita untuk mengingat sosoknya. Namanya Achmad Nagi, lahir di Mesir tepatnya Kota Kairo dan besar di salah satu kota di ujung barat Pulau Jawa. Semasa kuliah aktif di BEM FPIK sebagai pengurus hingga menjabat Ketua dan aktif dalam kepengurusan HIMAPIKANI wilayah 2. Kisah awal masuknya di FPIK UNTAG Cirebon pada tahun 2016 memang agak lain, dikatakan olehnya bahwa untuk bagian ini malu untuk diceritakan karena rasanya tidak pantas ditiru. Tapi penulis melihat bahwa ini layak ditulis dan perlu disampaikan sebagai bagian dari proses perjalanan hidup salah satu alumni FPIK UNTAG Cirebon.
Jujur dia katakan bahwa sebelum berkuliah di kampus UNTAG Cirebon, tidak ada sama sekali dalam benaknya untuk masuk dalam dunia perikanan dan kelautan. Motivasi awal berkuliah di jurusan ini hanyalah karena merasa betah tinggal di Cirebon dan ingin berkuliah di jurusan yang dianggap oleh banyak orang sebagai jurusan studi “tidak umum”. Bahkan di awal-awal perkuliahan pun tidak ada sesuatu yang membuatnya berkesan untuk terjun di dunia perikanan dan kelautan. Wawasannya mulai terbuka saat memasuki periode pertengahan kuliah yaitu setelah beberapa kali kegiatan praktikum dan fieldtrip ke lapangan, mengenal HIMAPIKANI dengan kegiatan lapangnya bersama mahasiswa dari kampus-kampus lain lalu bertukar cerita, serta di BEM FPIK UNTAG yang terjun langsung dalam aksi-aksi nyata kepedulian terhadap pesisir dan sumberdaya perikanan.
Momen titik balik yang membuatnya bersemangat dan merasa harus menjadi bagian dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan adalah ketika dilibatkan oleh salah seorang dosennya dalam proyek survey lapangan di luar kota. “Bisa dibilang momen survey itu menjadi ‘Game Changer’ buat saya untuk lebih semangat mengenal dunia perikanan dan kelautan lebih dalam. Laut kita luas, potensi perikanan kita besar. Tapi dunianya masih sempit dan kecil. Butuh lebih sumber daya manusia secara jumlah maupun kualitasnya untuk mengelola itu. ” Lebih lanjut lagi dikatakan “Walaupun saya masih perlu banyak belajar dan tidak akan berhenti untuk belajar di bidang ini, tetapi saya cukup senang bisa menjadi bagian kecil dari pengelolaan kelautan dan perikanan.”
Saat tulisan ini dibuat, rekan kita ini baru saja menyandang gelar magister dari program studi S2 oseanografi yang diperolehnya melalui jalur beasiswa kerjasama luar negeri di salah satu kampus ternama kota kembang. Lanjut ditanya apa rencana kedepannya, lantas dijawab “sekarang sih masih sibuk kerja di konsultan pemetaan dan survey, tapi sedang mencari beasiswa untuk lanjut studi s3, kalau bisa luar negeri, ke Jepang.” tuturnya.